Metode Garis Lurus : Pengertian dan Cara Menghitungnya
Metode penyusutan garis lurus adalah salah satu metode yang digunakan dalam menghitung nilai penyusutan suatu aset tetap. Metode ini adalah metode yang paling sederhana dan mudah dipahami karena rumus yang digunakan juga tidak terlalu rumit. Metode garis lurus digunakan untuk menghitung besarnya nilai penyusutan yang harus dilakukan pada suatu aset tetap setiap tahunnya.
Apa itu metode garis lurus?
Metode garis lurus adalah suatu metode yang digunakan untuk menghitung besarnya nilai penyusutan suatu aset tetap. Dalam metode ini, setiap tahunnya nilai penyusutan akan tetap sama. Untuk menghitung nilai penyusutan pada metode ini, kita harus mengetahui nilai aset tetap, nilai residu, dan masa manfaat aset tetap tersebut.
Cara menghitung penyusutan garis lurus
Untuk menghitung penyusutan garis lurus, kita harus mengetahui nilai aset tetap, nilai residu, dan masa manfaat aset tetap tersebut. Kemudian, kita bisa menggunakan rumus berikut ini untuk menghitung nilai penyusutan:
Nilai penyusutan = (Nilai aset tetap – Nilai residu) ÷ Masa manfaat aset tetap
Contoh :
Sebuah perusahaan memiliki sebuah mesin dengan nilai aset tetap sebesar Rp 10.000.000. Mesin tersebut memiliki nilai residu sebesar Rp 1.000.000 dan masa manfaatnya adalah 5 tahun. Berapa nilai penyusutan mesin tersebut setiap tahunnya?
Solusi:
Nilai penyusutan = (Nilai aset tetap – Nilai residu) ÷ Masa manfaat aset tetap
= (Rp 10.000.000 – Rp 1.000.000) ÷ 5
= Rp 1.800.000
Jadi, nilai penyusutan mesin tersebut setiap tahunnya adalah sebesar Rp 1.800.000
Gambar 1: Mesin
Cara menghitung nilai buku
Dalam akuntansi, nilai buku adalah nilai aset tetap setelah dikurangi dengan jumlah penyusutan yang telah dilakukan. Untuk menghitung nilai buku, kita bisa menggunakan rumus berikut ini:
Nilai buku = Nilai aset tetap – Jumlah penyusutan
Contoh :
Sebuah perusahaan memiliki sebuah mesin dengan nilai aset tetap sebesar Rp 10.000.000. Mesin tersebut memiliki nilai residu sebesar Rp 1.000.000 dan masa manfaatnya adalah 5 tahun. Setelah 2 tahun mesin tersebut digunakan, berapa nilai buku mesin tersebut?
Solusi:
Jumlah penyusutan selama 2 tahun = Rp 1.800.000 x 2 = Rp 3.600.000
Nilai buku = Nilai aset tetap – Jumlah penyusutan
= Rp 10.000.000 – Rp 3.600.000
= Rp 6.400.000
Jadi, nilai buku mesin tersebut setelah 2 tahun adalah sebesar Rp 6.400.000
Gambar 2: Mesin dengan nilai buku sebesar Rp 6.400.000
FAQ
Q: Apa perbedaan antara metode garis lurus dan metode saldo menurun ganda?
A: Perbedaan antara metode garis lurus dan metode saldo menurun ganda terletak pada besaran penyusutan yang dihitung setiap tahunnya. Pada metode garis lurus, besaran penyusutan setiap tahunnya tetap sama, sedangkan pada metode saldo menurun ganda, besaran penyusutan menjadi semakin kecil setiap tahunnya.
Q: Apakah metode garis lurus dapat digunakan untuk semua jenis aset tetap?
A: Metode garis lurus dapat digunakan untuk jenis aset tetap yang nilai residunya dapat diperkirakan dengan akurat. Jika nilai residu tidak dapat diperkirakan dengan akurat, maka lebih baik menggunakan metode saldo menurun ganda.
Video Youtube
Berikut ini adalah video yang menjelaskan tentang metode garis lurus dalam penyusutan aset tetap:
Kesimpulan
Metode garis lurus adalah metode sederhana yang digunakan dalam menghitung besarnya nilai penyusutan suatu aset tetap. Metode ini cocok untuk digunakan pada jenis aset tetap dengan nilai residu yang dapat diperkirakan dengan akurat. Dalam menghitung penyusutan garis lurus, kita harus mengetahui nilai aset tetap, nilai residu, dan masa manfaat aset tetap tersebut. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk menghitung nilai buku suatu aset tetap. Sebelum memilih metode penyusutan yang akan digunakan, perhatikan jenis aset tetap yang dimiliki dan tentukan metode penyusutan yang paling cocok untuk aset tersebut.