Investasi adalah salah satu aktivitas yang harus dipahami oleh setiap orang agar mampu mengelola keuangan dengan baik. Untuk mengoptimalkan investasi yang dilakukan, maka pemahaman mengenai penilaian investasi sangatlah penting.
Penilaian investasi dilakukan untuk menentukan apakah suatu investasi layak diteruskan atau tidak. Ada beberapa metode penilaian investasi yang dapat digunakan, salah satunya adalah menghitung IRR. Berikut ini adalah cara menghitung dengan rumus IRR yang benar.
Cara Menghitung IRR
IRR atau Internal Rate of Return adalah suku bunga yang sejajar dengan jumlah arus kas masuk dan keluar pada investasi. IRR merupakan salah satu metode pengukuran keuntungan pada investasi, yang digunakan untuk menghitung nilai suatu investasi yang diinvestasikan baik dalam bentuk uang atau aset lainnya. Metode ini bekerja dengan menghitung nilai diskonto dari arus kas investasi untuk memperkirakan tingkat balik yang dihasilkan.
Pada dasarnya, untuk menghitung IRR hanya memerlukan data mengenai arus kas dari investasi yang dikeluarkan dan diterima pada setiap periode.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
- Masukkan data mengenai arus kas masuk dan keluar pada setiap periode ke dalam program Excel.
- Pilih formula “`IRR“` pada Excel.
- Masukkan rentang data arus kas pada formula IRR. Contohnya: “`IRR(B2:B7)“`
- Hasil IRR akan muncul pada cell yang ditentukan.
Berikut adalah contoh data arus kas yang akan digunakan untuk menghitung IRR:
Tahun | Arus Kas |
---|---|
0 | -25000 |
1 | 5000 |
2 | 8000 |
3 | 12000 |
4 | 15000 |
5 | 20000 |
Berdasarkan data di atas, maka langkah-langkah untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut:
- Masukkan data arus kas pada cell B1 hingga B6.
- Pilih formula IRR pada Excel.
- Masukkan rentang data arus kas pada formula IRR. Contohnya: “`IRR(B2:B7)“`
- Hasil IRR adalah 21,55%.
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode IRR, investasi tersebut akan memiliki tingkat pengembalian sebesar 21,55%. Oleh karena itu, investasi tersebut dapat dilanjutkan.
Cara Menghitung Payback Period
Payback period atau periode pengembalian modal merupakan metode perhitungan pengembalian modal suatu investasi dalam bentuk waktu. Metode ini dilakukan dengan menghitung waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana yang telah diinvestasikan sebelum mencapai titik impas (break even point).
Contoh perhitungan payback period adalah sebagai berikut:
Jika suatu proyek investasi membutuhkan biaya sebesar Rp 100.000.000 dan menghasilkan arus kas sebesar Rp 30.000.000 per tahun selama 5 tahun, maka
- Pertama, harus dihitung terlebih dahulu total arus kas.
- Total arus kas = Rp 30.000.000 x 5 = Rp 150.000.000
Tahun | Arus Kas | Kumulatif Arus Kas |
---|---|---|
0 | -Rp 100.000.000 | -Rp 100.000.000 |
1 | Rp 30.000.000 | -Rp 70.000.000 |
2 | Rp 30.000.000 | -Rp 40.000.000 |
3 | Rp 30.000.000 | -Rp 10.000.000 |
4 | Rp 30.000.000 | Rp 20.000.000 |
5 | Rp 30.000.000 | Rp 50.000.000 |
Rumus NPV dan Contoh Soal Beserta Cara Hitung di Excel
NPV atau Net Present Value adalah metode penilaian investasi yang menghitung selisih besar nilai waktu uang dari arus kas masuk dengan arus kas keluar pada investasi dalam bentuk uang. Nilai ini kemudian dicocokkan dengan tingkat bunga minimal yang diharapkan dari investasi tersebut.
Cara menghitung NPV pada Excel adalah sebagai berikut:
- Masukkan data arus kas pada program Excel.
- Masukkan jumlah modal awal dalam satu cell, biasanya pada cell A1.
- Masukkan rumus pembulatan untuk arus kas pada setiap periode. Contohnya: “`=ROUND(B2/(1+$A$1)^A3,2)“`
- Masukkan rumus penjumlahan untuk arus kas.
- Hitung NPV menggunakan formula berikut: “`=NPV(A1,B2:B7)“`
- Hasil NPV adalah selisih antara nilai masa depan arus kas dengan investasi awal.
Berikut adalah contoh perhitungan NPV:
Sebuah perusahaan berencana untuk membuka usaha baru dengan modal sebesar Rp 500.000.000. Proyek tersebut diperkirakan akan menghasilkan arus kas sebagai berikut:
Tahun | Arus Kas |
---|---|
0 | -Rp 500.000.000 |
1 | Rp 150.000.000 |
2 | Rp 250.000.000 |
3 | Rp 300.000.000 |
4 | Rp 350.000.000 |
Dari hasil perhitungan didapatkan:
- Isilah data arus kas pada program Excel pada kolom B2 hingga B6.
- Selanjutnya, masukkan nilai modal awal ke dalam cell A1.
- Masukkan rumus pembulatan arus kas pada setiap periode. Contoh: “`=ROUND(B2/(1+$A$1)^A3,2)“`
- Masukkan rumus penjumlahan arus kas pada cell A7 dengan menggunakan formula: “`=SUM(B2:B6)“`
- Hitung NPV menggunakan formula: “`=NPV(A1,B2:B6)“`
- Hasil NPV adalah sebesar Rp 123.655.705,07.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa proyek investasi tersebut dapat diteruskan karena memiliki nilai NPV yang positif.
Contoh Analisis Novel
Investasi pada umumnya tersedia dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah saham. Saham adalah bentuk investasi yang paling populer di seluruh dunia. Sebagai seorang investor, maka penting untuk melakukan analisis perusahaan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menginvestasikan uang pada perusahaan tersebut.
Salah satu cara untuk melakukan analisis perusahaan adalah dengan menggunakan analisis fundamental yang meliputi analisis ekonomi, industri, dan finansial dari perusahaan.
Untuk melakukan analisis fundamental dengan benar, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
- Memahami produk dan layanan yang dijual oleh perusahaan.
- Melakukan analisis terhadap kondisi pasar dimana perusahaan beroperasi.
- Menyusun laporan keuangan perusahaan.
- Menganalisis rasio keuangan perusahaan.
- Menganalisis arus kas perusahaan.
- Menganalisis histori pergerakan harga saham perusahaan.
Berikut adalah contoh analisis novel:
PT A adalah sebuah perusahaan yang memproduksi pakaian olahraga. Perusahaan tersebut telah beroperasi selama 10 tahun dan memiliki jumlah saham sebanyak 100.000. Berikut adalah laporan keuangan perusahaan:
Tahun | Pendapatan | Laba Bersih | Ekuitas | Harga Saham |
---|---|---|---|---|
2017 | Rp 1.000.000.000 | Rp 100.000.000 | Rp 1.000.000.000 | Rp 1.000 |
2018 | Rp 1.200.000.000 | Rp 150.000.000 | Rp 1.350.000.000 | Rp 1.200 |
2019 | Rp 1.400.000.000 | Rp 200.000.000 | Rp 1.720.000.000 | Rp 1.400 |
2020 | Rp 1.800.000.000 | Rp 300.000.000 | Rp 2.130.000.000 | Rp 1.800 |
2021 | Rp 2.000.000.000 | Rp 400.000.000 | Rp 2.500.000.000 | Rp 2.000 |
Berdasarkan data tersebut, maka dapat dihitung rasio keuangan perusahaan, yaitu:
- Rasio Profitabilitas: Laba Bersih / Pendapatan
- Tahun 2017: 10%
- Tahun 2018: 12,5%
- Tahun 2019: 14,3%
- Tahun 2020: 16,7%
- Tahun 2021: 20%
- Rasio Profitabilitas: Laba Bersih / Ekuitas
- Tahun 2017: 10%
- Tahun 2018: 11,1%
- Tahun 2019: 11,6%
- Tahun 2020: 14,1%
- Tahun 2021: 16%
- Rasio Likuiditas: Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar
- Tahun 2017: 2
- Tahun 2018: 1,8
- Tahun 2019: 1,6
- Tahun 2020: 1,9
- Tahun 2021: 2,1
Berdasarkan hasil analisis rasio keuangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perusahaan PT A dalam kondisi yang baik dan layak diinvestasikan.
FAQ
Apa itu IRR?
IRR atau Internal Rate of Return adalah suku bunga yang sejajar dengan jumlah arus kas masuk dan keluar pada investasi. IRR merupakan salah satu metode pengukuran keuntungan pada investasi, yang digunakan untuk menghitung nilai suatu investasi yang di