Indikator moving average merupakan salah satu yang paling umum digunakan dalam analisis teknikal, baik untuk trading saham, forex, ataupun cryptocurrency. Di sini kita akan membahas tentang pengertian, jenis, cara menghitung, serta contoh penggunaan moving average.
Pengertian Moving Average
Moving average merupakan indikator trend-following yang terdiri dari harga rata-rata dalam periode tertentu. Harga rata-rata tersebut dihitung dengan cara menjumlahkan harga-harga penutupan (atau bisa juga harga pembukaan, tinggi, atau rendah) dalam periode tersebut, lalu dibagi dengan jumlah candle atau periode yang dihitung.
Jenis Moving Average
Ada beberapa jenis moving average yang umum digunakan, antara lain:
- Simple Moving Average (SMA)
SMA adalah jenis moving average paling sederhana. Harga rata-rata dihitung dengan cara menjumlahkan harga-harga penutupan dalam periode tertentu, lalu dibagi dengan jumlah periode tersebut. - Exponential Moving Average (EMA)
EMA merupakan bentuk moving average yang lebih kompleks dibandingkan SMA. Pada EMA, harga-harga penutupan lebih banyak diberi bobot pada periode terakhir, sehingga ditampilkan dalam bentuk grafik kurva yang lebih responsif terhadap perubahan harga. - Weighted Moving Average (WMA)
WMA juga merupakan bentuk moving average yang lebih kompleks, di mana harga-harga penutupan diberi bobot yang berbeda-beda pada periode tertentu. Pembobotan harga-harga tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan trader.
Cara Menghitung Moving Average
Untuk menghitung moving average, kita dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Moving Average = (Harga Penutupan 1 + Harga Penutupan 2 + … + Harga Penutupan n) / n
Di mana n adalah jumlah periode yang dihitung.
Contoh Penggunaan Moving Average
Untuk memberi gambaran lebih jelas mengenai penggunaan moving average, berikut ini adalah beberapa contoh penggunaannya:
1. Mengidentifikasi Trend
Moving average dapat digunakan untuk mengidentifikasi trend pasar. Jika harga di atas SMA atau EMA, maka trendnya sedang uptrend atau naik. Sebaliknya, jika harga di bawah SMA atau EMA, maka trendnya sedang downtrend atau turun.
Pada grafik di atas, terlihat bahwa harga berada di atas SMA, sehingga trennya sedang naik. Harga yang naik tersebut bisa dijadikan sebagai sinyal untuk melakukan transaksi beli.
2. Mengidentifikasi Support dan Resistance
Moving average juga bisa digunakan untuk mengidentifikasi support dan resistance. Jika harga cenderung bergerak ke atas di atas moving average, maka titik moving average tersebut bisa dijadikan sebagai level support. Sebaliknya, jika harga cenderung bergerak ke bawah di bawah moving average, maka titik moving average tersebut bisa dijadikan sebagai level resistance.
Pada grafik di atas, terlihat bahwa garis EMA berperan sebagai level support dan resistance. Ketika harga mendekati garis EMA, kemungkinan besar akan terjadi pembalikan arah harga.
FAQ
Apa bedanya antara SMA, EMA, dan WMA?
Perbedaan utama antara ketiga jenis moving average tersebut terletak pada rumus perhitungannya. SMA menggunakan harga rata-rata sederhana, sedangkan EMA menggunakan harga rata-rata tertimbang eksponensial dan WMA menggunakan harga rata-rata tertimbang berbobot. Selain itu, SMA cenderung lebih lambat dalam merespons perubahan pasar, sedangkan EMA dan WMA memiliki respons yang lebih cepat.
Kapan saat yang tepat untuk menggunakan moving average?
Moving average dapat digunakan dalam berbagai kondisi pasar, baik dalam kondisi trending maupun sideways. Namun, ketika pasar sedang sideways atau ranging, maka penggunaan moving average cenderung kurang efektif. Selain itu, perlu diingat bahwa moving average merupakan indikator lagging, artinya mereka mengikuti pergerakan harga, bukan sebaliknya.