Cara Menghitung Cicilan Mobil Dengan Excel

Cara Mudah dan Cepat Menghitung Cicilan KPR

Cicilan KPR atau Kredit Pemilikan Rumah adalah salah satu jenis kredit yang paling banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Namun, sebelum memutuskan untuk mengajukan KPR, ada baiknya untuk menghitung cicilan KPR terlebih dahulu agar bisa mengetahui besarnya cicilan yang harus dibayarkan setiap bulannya. Berikut adalah cara mudah dan cepat untuk menghitung cicilan KPR.

1. Hitung Harga Rumah yang Dibeli

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung harga rumah yang akan dibeli. Harga rumah ini akan menjadi dasar perhitungan cicilan KPR. Untuk menghitung harga rumah, bisa menggunakan data dari situs properti atau menghubungi agen properti.

2. Tentukan Uang Muka yang Akan Dibayar

Setelah mengetahui harga rumah, langkah selanjutnya adalah menentukan uang muka yang akan dibayarkan. Uang muka ini biasanya dihitung sebagai persentase dari harga rumah. Besarannya bisa bervariasi, tergantung dari kebijakan bank atau lembaga keuangan yang menyediakan KPR.

3. Hitung Besar Kredit

Setelah mengetahui besar uang muka, langkah selanjutnya adalah menghitung besar kredit. Besar kredit merupakan selisih antara harga rumah dengan uang muka yang dibayarkan.

4. Tentukan Suku Bunga KPR

Suku bunga KPR merupakan faktor penting dalam menghitung cicilan KPR. Suku bunga KPR bisa berubah-ubah tergantung dari kondisi pasar dan kebijakan bank atau lembaga keuangan. Ada beberapa jenis suku bunga yang biasanya ditawarkan oleh bank atau lembaga keuangan, yaitu suku bunga tetap atau fixed interest rate dan suku bunga mengambang atau floating interest rate.

5. Hitung Besar Cicilan KPR per Bulan

Setelah mengetahui besar kredit dan suku bunga KPR, selanjutnya adalah menghitung besar cicilan KPR per bulan. Untuk itu, bisa menggunakan rumus RM = P x [i (1+i) ^ n] / [(1+i) ^ n -1].

Keterangan:
– RM = besar cicilan KPR per bulan
– P = besar kredit
– i = suku bunga KPR per bulan
– n = jangka waktu KPR dalam bulan

Contoh perhitungan:

Harga rumah = Rp 500 juta
Uang muka = 20% x Rp 500 juta = Rp 100 juta
Besar kredit = Rp 500 juta – Rp 100 juta = Rp 400 juta
Suku bunga KPR = 8% per tahun atau 0,67% per bulan
Jangka waktu KPR = 15 tahun atau 180 bulan

Maka, besar cicilan KPR per bulan adalah:
RM = Rp 400 juta x [0,0067 x (1+0,0067) ^ 180] / [(1+0,0067) ^ 180 – 1] = Rp 4.357.939

6. Perhatikan Anggaran Bulanan

Setelah mengetahui besar cicilan KPR per bulan, tidak lupa bahwa kita harus mempertimbangkan anggaran bulanan yang kita miliki. Pastikan cicilan KPR tidak terlalu membebani keuangan pribadi atau keluarga.

Baca Juga :  CARA ELIMINASI DATA YANG SAMA DI EXCEL

FAQ:

1. Apakah cicilan KPR bisa dihitung ulang?
Jawab: Ya, cicilan KPR bisa dihitung ulang sesuai dengan kebijakan bank atau lembaga keuangan yang menyediakan KPR. Biasanya, bank atau lembaga keuangan akan memberikan opsi pengajuan perubahan cicilan KPR jika terjadi perubahan suku bunga atau kondisi keuangan nasional.

2. Apa yang harus dilakukan jika cicilan KPR tidak bisa dibayarkan tepat waktu?
Jawab: Jika cicilan KPR tidak bisa dibayarkan tepat waktu, segera hubungi bank atau lembaga keuangan untuk mengajukan restrukturisasi kredit. Dalam restrukturisasi kredit, besar cicilan KPR bisa diubah agar lebih ringan dan sesuai dengan kondisi keuangan pribadi atau keluarga.

Video Tutorial:

Berikut adalah video tutorial cara menghitung cicilan KPR dengan mudah dan cepat:

Cara Menghitung Persentase Kenaikan, Penurunan, Inflasi, dan Lain-Lain

Persentase kenaikan, penurunan, dan inflasi adalah konsep yang sering digunakan dalam dunia keuangan dan bisnis. Mengetahui cara menghitung persentase ini sangat penting untuk memantau kinerja keuangan dan bisnis. Berikut adalah 11 cara mudah untuk menghitung persentase kenaikan, penurunan, inflasi, dan lain-lain.

1. Persentase Kenaikan

Persentase kenaikan adalah perbandingan antara selisih nilai yang lebih besar dengan nilai awal, lalu hasilnya dikalikan 100%. Rumusnya adalah: (nilai akhir – nilai awal) / nilai awal x 100%.

Contoh: Harga saham A pada hari Senin sebesar Rp 1.000 dan pada hari Selasa naik menjadi Rp 1.200. Berapa persentase kenaikan harga saham A?

Persentase kenaikan harga saham A = (Rp 1.200 – Rp 1.000) / Rp 1.000 x 100% = 20%

2. Persentase Penurunan

Persentase penurunan adalah perbandingan antara selisih nilai yang lebih kecil dengan nilai awal, lalu hasilnya dikalikan 100%. Rumusnya adalah: (nilai awal – nilai akhir) / nilai awal x 100%.

Contoh: Harga saham B pada hari Senin sebesar Rp 1.500 dan pada hari Selasa turun menjadi Rp 1.200. Berapa persentase penurunan harga saham B?

Persentase penurunan harga saham B = (Rp 1.500 – Rp 1.200) / Rp 1.500 x 100% = 20%

3. Persentase Pertumbuhan

Persentase pertumbuhan adalah perbandingan antara selisih nilai yang lebih besar dengan nilai sebelumnya, lalu hasilnya dikalikan 100%. Rumusnya adalah: (nilai akhir – nilai awal) / nilai awal x 100%.

Contoh: Pendapatan perusahaan C pada tahun 2019 sebesar Rp 1 miliar dan pada tahun 2020 naik menjadi Rp 1,2 miliar. Berapa persentase pertumbuhan pendapatan perusahaan C?

Persentase pertumbuhan pendapatan perusahaan C = (Rp 1,2 miliar – Rp 1 miliar) / Rp 1 miliar x 100% = 20%

Baca Juga :  Cara Menconvert Data Excel Ke Android

4. Persentase Penurunan Pertumbuhan

Persentase penurunan pertumbuhan adalah perbandingan antara selisih nilai yang lebih kecil dengan nilai sebelumnya, lalu hasilnya dikalikan 100%. Rumusnya adalah: (nilai awal – nilai akhir) / nilai awal x 100%.

Contoh: Pendapatan perusahaan D pada tahun 2019 sebesar Rp 2 miliar dan pada tahun 2020 turun menjadi Rp 1,6 miliar. Berapa persentase penurunan pertumbuhan pendapatan perusahaan D?

Persentase penurunan pertumbuhan pendapatan perusahaan D = (Rp 2 miliar – Rp 1,6 miliar) / Rp 2 miliar x 100% = 20%

5. Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi secara umum dalam suatu periode waktu tertentu. Inflasi digunakan untuk mengukur laju pertumbuhan harga-barang dan jasa di suatu negara. Rumus untuk menghitung inflasi adalah: (Indeks harga terkini – Indeks harga sebelumnya) / Indeks harga sebelumnya x 100%.

Contoh: Indeks harga pada bulan Januari 2022 sebesar 120 dan pada bulan Februari 2022 naik menjadi 125. Berapa inflasi yang terjadi pada bulan Februari 2022?

Inflasi pada bulan Februari 2022 = (125 – 120) / 120 x 100% = 4,17%

6. Persentase Markup

Persentase markup adalah perbedaan antara harga jual dengan harga pokok, lalu hasilnya dikalikan 100%. Persentase markup digunakan untuk menentukan harga jual berdasarkan harga pokok. Rumusnya adalah: (harga jual – harga pokok) / harga pokok x 100%.

Contoh: Harga pokok suatu produk sebesar Rp 10.000 dan harga jualnya sebesar Rp 12.000. Berapa persentase markup pada produk tersebut?

Persentase markup pada produk tersebut = (Rp 12.000 – Rp 10.000) / Rp 10.000 x 100% = 20%

7. Persentase Margin Keuntungan

Persentase margin keuntungan adalah perbandingan antara keuntungan dengan harga jual, lalu hasilnya dikalikan 100%. Persentase margin keuntungan digunakan untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari harga jual. Rumusnya adalah: (keuntungan / harga jual) x 100%.

Contoh: Harga jual sebuah produk sebesar Rp 20.000 dan biaya produksi sebesar Rp 15.000. Berapa persentase margin keuntungan pada produk tersebut?

Persentase margin keuntungan pada produk tersebut = (Rp 20.000 – Rp 15.000) / Rp 20.000 x 100% = 25%

8. Persentase Return on Investment

Persentase return on investment (ROI) adalah perbandingan antara keuntungan dengan modal investasi, lalu hasilnya dikalikan 100%. Persentase ROI digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan. Rumusnya adalah: (keuntungan / modal investasi) x 100%.

Contoh: Modal investasi suatu bisnis sebesar Rp 50 juta dan keuntungan yang diperoleh dalam setahun sebesar Rp 10 juta. Berapa persentase ROI pada bisnis tersebut?

Persentase ROI pada bisnis tersebut = (Rp 10 juta / Rp 50 juta) x 100% = 20%

Baca Juga :  Cara Mengedit Data Di Excel Yang Uprotec Sheet Online

9. Persentase Pendapatan Pengeluaran

Persentase pendapatan pengeluaran adalah perbandingan antara total pengeluaran dengan total pendapatan, lalu hasilnya dikalikan 100%. Persentase pendapatan pengeluaran digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase pengeluaran yang digunakan dari pendapatan. Rumusnya adalah: (total pengeluaran / total pendapatan) x 100%.

Contoh: Total pendapatan seseorang dalam sebulan sebesar Rp 10 juta dan total pengeluaran dalam sebulan sebesar Rp 8 juta. Berapa persentase pendapatan pengeluaran pada orang tersebut?

Persentase pendapatan pengeluaran pada orang tersebut = (Rp 8 juta / Rp 10 juta) x 100% = 80%

10. Persentase Depresiasi

Persentase depresiasi adalah perbandingan antara selisih nilai buku dengan nilai aset, lalu hasilnya dikalikan 100%. Persentase depresiasi digunakan untuk mengetahui besarnya depresiasi yang terjadi pada suatu aset. Rumusnya adalah: (nilai buku – nilai aset) / nilai buku x 100%.

Contoh: Nilai buku sebuah mobil sebesar Rp 100 juta dan nilai asetnya sebesar Rp 80 juta. Berapa persentase depresiasi mobil tersebut?

Persentase depresiasi mobil tersebut = (Rp 100 juta – Rp 80 juta) / Rp 100 juta x 100% = 20%

11. Persentase Penjualan Bersih

Persentase penjualan bersih adalah perbandingan antara pendapatan bersih dengan total penjualan, lalu hasilnya dikalikan 100%. Persentase penjualan bersih digunakan untuk menentukan persentase keuntungan bersih dari total penjualan. Rumusnya adalah: (pendapatan bersih / total penjualan) x 100%.

Contoh: Pendapatan bersih sebuah toko dalam sebulan sebesar Rp 10 juta dan total penjualan dalam sebulan sebesar Rp 20 juta. Berapa persentase penjualan bersih pada toko tersebut?

Persentase penjualan bersih pada toko tersebut = (Rp 10 juta / Rp 20 juta) x 100% = 50%

FAQ:

1. Apa itu inflasi dan mengapa inflasi penting dalam dunia keuangan dan bisnis?
Jawab: Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi secara umum dalam suatu periode waktu tertentu. Inflasi sangat penting dalam dunia keuangan dan bisnis karena dapat memicu terjadinya perubahan pada harga barang dan jasa, nilai tukar, serta kebijakan moneter suatu negara.

2. Apa itu ROI dan mengapa ROI penting dalam bisnis?
Jawab: ROI atau return on investment adalah perbandingan antara keuntungan dengan modal investasi, lalu hasilnya dikalikan 100%. ROI sangat penting dalam bisnis karena digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan. ROI juga bisa menjadi tolak ukur untuk menentukan apakah sebuah investasi memiliki potensi yang baik atau tidak.

Video Tutorial:

Berikut adalah video tutorial cara menghitung persentase kenaikan, penurunan, inflasi, dan lain-lain dengan mudah dan cepat: