Penyusutan adalah bagian dari konsep akuntansi, yaitu proses penurunan nilai aset pada suatu perusahaan. Penurunan ini terjadi karena adanya penggunaan aset tersebut dalam operasional perusahaan selama jangka waktu tertentu. Dalam akuntansi, konsep penyusutan digunakan untuk mengurangi nilai asset secara sistematis, bertujuan untuk merefleksikan kondisi aset yang semakin tua dan tidak lagi berfungsi secara optimal dalam aktivitas usaha perusahaan.
Cara Menghitung Penyusutan Akuntansi
Perhitungan penyusutan dalam akuntansi dilakukan berdasarkan dua metode, yaitu metode garis lurus dan metode saldo menurun. Berikut adalah rumusnya :
Metode Garis Lurus
Rumus perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus adalah :
Biaya perolehan aset awal – nilai residu
———————————-
Lama masa manfaat aset (dalam tahun)
Misalnya, suatu perusahaan membeli kendaraan operasional baru senilai Rp 200 juta dengan masa manfaat selama 5 tahun dan nilai residu (nilai sisa) sebesar Rp 10 juta. Maka rumus perhitungan penyusutan mobil dengan metode garis lurus nya :
200.000.000 – 10.000.000 = 38.000.000
—————————–
5 tahun
Jadi, setiap tahun mobil tersebut mengalami penurunan nilai sebesar Rp 38 juta / tahun.
Metode Saldo Menurun
Rumus perhitungan penyusutan dengan metode saldo menurun adalah :
Saldo awal x Tingkat penyusutan
Misalnya, suatu perusahaan membeli sebuah mesin produksi senilai Rp 500 juta dengan umur ekonomis selama 10 tahun dan nilai residu sebesar Rp 50 juta. Maka rumus perhitungan penyusutan mesin produksi dengan metode saldo menurun nya :
Tahun Pertama :
(500.000.000 – 50.000.000) x 20% = Rp 90 juta
Saldo akhir tahun pertama :
500.000.000 – 90.000.000 = Rp 410.000.000
Tahun Kedua :
(410.000.000 – 50.000.000) x 20% = Rp 72 juta
Saldo akhir tahun kedua :
410.000.000 – 72.000.000 = Rp 338.000.000
dan seterusnya…
Faktor Yang Mempengaruhi Perhitungan Penyusutan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perhitungan penyusutan dalam akuntansi, di antaranya :
Biaya Perolehan
Biaya perolehan adalah harga pembelian suatu aset. Semakin tinggi harga aset, maka semakin besar jumlah penyusutan yang harus dilakukan. Perusahaan harus memperhitungkan biaya perolehan aset ini secara cermat untuk mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh.
Nilai Sisa Asas (Residual Value)
Nilai sisa atau nilai residu adalah nilai yang mungkin diperoleh suatu aset jika dijual setelah masa manfaatnya habis. Nilai sisa ini dapat mempengaruhi jumlah penyusutan pada akhir masa manfaat aset. Semakin tinggi nilai sisa, maka semakin kecil jumlah penyusutan.
Tingkat Penyusutan
Tingkat penyusutan adalah persentase jumlah penyusutan yang diambil dari biaya perolehan aset setiap tahun. Tingkat penyusutan harus mempertimbangkan masa manfaat aset dan tingkat penggunaan aset tersebut. Tingkat penyusutan yang terlalu kecil dapat menyebabkan aset tetap yang masih digunakan dicatat ke dalam neraca sebagai asset yang melebihi harganya. Ini dapat membahayakan kelangsungan hidup perusahaan.
FAQ
1. Apa dampak dari perhitungan yang salah dalam penyusutan?
Jika perhitungan penyusutan tidak tepat atau salah, maka akan terjadi kesalahan dalam neraca perusahaan. Kesalahan dalam neraca ini dapat membuat keputusan manajemen yang tidak tepat, mengganggu keuangan perusahaan, dan mengancam kelangsungan hidup perusahaan.
2. Apakah perusahaan dapat mengubah metode perhitungan penyusutan?
Ya, perusahaan dapat mengubah metode perhitungan penyusutan. Namun, perubahan ini harus dilakukan dengan hati-hati dan harus diumumkan kepada investor serta para pemangku kepentingan. Selain itu, jika suatu perusahaan telah memutuskan metode perhitungan penyusutan yang akan digunakan, harus tetap menggunakannya secara konsisten.