Penjualan bersih adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur total penjualan setelah mengurangi biaya-biaya lainnya, seperti biaya operasional atau biaya lainnya. Dalam dunia bisnis, penjualan bersih sangat penting untuk mengetahui seberapa besar penghasilan yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, dalam artikel ini akan dibahas mengenai cara menghitung penjualan bersih beserta dengan bonus penjualan barang dan Harga Pokok Produksi.
Cara Menghitung Penjualan Bersih
Untuk menghitung penjualan bersih, perlu dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
- Hitung Total Penjualan
- Kurangi Biaya-biaya Lainnya
Untuk menghitung total penjualan, kita harus mengetahui jumlah barang atau jasa yang terjual beserta dengan harganya, kemudian kali kan keduanya. Sebagai contoh, perusahaan A menjual 10 unit barang dengan harga Rp 10.000,- per unit, maka total penjualan adalah:
10 x Rp 10.000 = Rp 100.000,-
Setelah mengetahui total penjualan, langkah berikutnya adalah mengurangi biaya-biaya lainnya seperti biaya operasional atau biaya lainnya. Sebagai contoh, perusahaan A mengeluarkan biaya operasional sebesar Rp 20.000,-, maka penjualan bersih adalah:
Rp 100.000 – Rp 20.000 = Rp 80.000,-
Bonus Penjualan Barang
Bonus penjualan barang adalah bentuk insentif yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan yang berhasil mencapai target penjualan tertentu. Adapun rumus untuk menghitung bonus penjualan barang adalah sebagai berikut:
Bonus = (Total Penjualan – Target Penjualan) x Persentase Bonus
Sebagai contoh, perusahaan B menetapkan target penjualan sebesar Rp 1.000.000,- dan persentase bonus sebesar 5%. Jika karyawan A berhasil mencapai penjualan sebesar Rp 1.200.000,- maka bonus yang diterima oleh karyawan A adalah:
(Rp 1.200.000 – Rp 1.000.000) x 5% = Rp 10.000,-
Harga Pokok Produksi
Harga Pokok Produksi (HPP) adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi sebuah barang atau jasa. HPP sangat penting diketahui agar perusahaan bisa menentukan harga jual barang atau jasa yang sesuai dengan biaya produksi sehingga bisa mendapatkan keuntungan yang optimal.
Adapun rumus untuk menghitung HPP adalah sebagai berikut:
HPP = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Langsung
Sebagai contoh, perusahaan C memproduksi sebuah barang dengan menggunakan 2 bahan baku seharga Rp 10.000,- dan 1 tenaga kerja langsung seharga Rp 20.000,- beserta dengan overhead langsung seharga Rp 5.000,- maka HPP adalah:
HPP = Rp 10.000 + Rp 20.000 + Rp 5.000 = Rp 35.000,-
FAQ
1. Apa itu margin keuntungan?
Margin keuntungan adalah persentase keuntungan yang didapat dari penjualan sebuah produk atau jasa. Margin keuntungan bisa dihitung dengan rumus:
Margin Keuntungan = ((Harga Jual – Harga Pokok Produksi) / Harga Jual) x 100%
Sebagai contoh, perusahaan D menjual sebuah produk dengan harga Rp 100.000,- dan HPP sebesar Rp 70.000,- maka margin keuntungan adalah:
((Rp 100.000 – Rp 70.000) / Rp 100.000) x 100% = 30%
2. Apa itu persentase mark up?
Persentase mark up adalah persentase keuntungan yang ditambahkan pada HPP untuk mendapatkan harga jual produk. Persentase mark up bisa dihitung dengan rumus:
Persentase Mark Up = ((Harga Jual – Harga Pokok Produksi) / Harga Pokok Produksi) x 100%
Sebagai contoh, perusahaan E memiliki HPP sebesar Rp 50.000,- dan ingin menambahkan margin keuntungan sebesar 20%, maka harga jualnya adalah:
Harga Jual = HPP x (1 + Margin Keuntungan)
Harga Jual = Rp 50.000 x (1 + 20%) = Rp 60.000,-